Itiqaf


Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin. washolatu wassalamu ‘ala asrofil ammbiyai wal mursalin, wa ‘ala alihi washohbihi ajma’in. ‘amma ba’du.

Salah satu ibadah yg sangat dianjurkan di bulan Ramadhan adalah itiqaf. I'tikaf berasal dari bahasa Arab akafa[1] yang berarti menetap, mengurung diri atau terhalangi. Pengertiannya dalam konteks ibadah dalam Islam adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridhaan Allah SWT dan bermuhasabah (introspeksi) atas perbuatan-perbuatannya. Orang yang sedang beriktikaf disebut juga mutakif.

Jadi, pengertian itiqaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan niat ber-itiqaf. Berniat itiqaf tetapi tidak di masjid, tidak dapat dikatakan itiqaf; demikian juga di dalam masjid tetapi tidak berniat itiqaf, maka tidak dapat juga dinamakan itiqaf.

Dalil dari Al-Qur’an, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Dan janganlah kalian mencampuri mereka itu (istri-istri kalian), sedang kalian beri’tikaf”. (Al Baqarah: 187).

Dalil dari As Sunnah:

”Bahwasanya Rasulullah dahulu beri’tikaf ketika 10 Terakhir Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian beri’tikaflah istri-istri beliau setelah itu”. (Muttafaqun’alaih)

Itiqaf dilakukan juga oleh orang-orang kafir pada zaman dulu. Kalau mereka punya masalah, atau ingin mencari inspirasi, mendapat pencerahan, mereka biasa berdiam diri disamping berhala-berhala sesembahan mereka.

Tujuan itiqaf adalah mencari keberkahan dan juga mencari malam lailatul qadar. Rasulullah melakukannya itiqaf pada 10 hari terakhir. Sebagaimana hadits dari ‘Aisyah ra, Waktu i’tikaf yang lebih afdhol adalah di akhir-akhir ramadhan (10 hari terakhir bulan Ramadhan) sebagaimana hadits ‘Aisyah, ia berkata,

Dianjurkan 10 malam terakhir; lebih dianjurkan pada malam2 ganjil; dan lebih dianjurkan lagi malam2 yang biasa turun, yaitu tanggal 23, 27, dan 29.

Allah memberikan nilai lebih pada malam lailatur qadar; malam yang lebih baik dari malam 1000 bulan. Sebagaimana Allah swt berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam Al-Qadar. Dan tahukah kamu apakah malam Al-Qadar itu? Malam Al-Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.” (Al-Qadar: 1-3).

Lailatul Qadar hanya bisa disaksikan oleh orang2 yang suci, yang tulus, yang dekat dengan Allah.

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dibeda-bedakan (dipilah-pilah) segala persoalan yang penuh hikmah.” (Ad-Dukhkhan: 3-4).

Lailatul qadar selalu ada sampai akhir jaman; jadi upaya untuk menjumpai lailatul qadar berlaku sepanjang jaman. Demikian semoga kita selalu termotivasi untuk menjumpainya.

Asbabun nuzul turunnya ayat Al Qodar.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fii sabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka allah menurunkan S.97:1-3, bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama 1000 bulan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan al-Wahidi yang bersumber dari Mujahid.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di zaman Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukan selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan S.97:1-3 yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal 1000 bulan Bani Isra'il tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.)

Wallahu’alam

Akhirul kalam, Billahi Fissabilhaq, Fastabiqul Khoirot.

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.